
Ziarah Wali Songo kerap dipilih sebagai wisata religi saat hari besar agama Islam, termasuk Ramadan. Dalam menyongsong bulan Ramadan gak hanya menjadi momen menunaikan ibadah puasa. Wisata religi juga menjadi salah satu aktivitas seru yang bisa dilakukan.
Terutama buat kamu mengisi waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah atau saat sedang libur. Selain ibadah, kamu bisa mengenal sejarah hingga berburu spot foto Instagenic.
Ada beberapa tempat wisata religi di Lamongan paling terpopuler yang bisa kamu kunjungi. Berikut ini adalah beberapa rekomendasi wisata religi yang wajib dikunjungi untuk menyongsong bulan Ramadan.
1. Makam Sunan Drajat

Makam yang terletak di Drajat, Paciran, Lamongan, Jawa Timur ini memang sangat cocok digunakan untuk kamu pecinta wisata religi. Bagi kamu yang ingin berlibur bersama keluarga dan ingin mencoba berziarah ke makan ini, coba deh berkunjung ke makam yang satu ini. Dan kamu juga bisa membacakan doa-doa untuk beliau lho.
Makam Sunan Drajat sendiri memang sangat cocok untuk liburan bernuansa religi, dan makam yang satu ini memang sudah terkenal karena memang ini adalah makam dari Wali Songo. Disini kamu bisa berziarah dan mendoakan beliau supaya diterima di sisiNya, bagi kamu yang penasaran, langsung aja deh pergi ke makam yang satu ini. Dijamin liburanmu religimu akan semakin berkesan.

Sunan Drajat merupakan salah satu dari Wali Songo yang merupakan anak dari Sunan Ampel. Sunan Drajat memiliki nama yaitu Raden Qasim.
Raden Qasim memperoleh ilmu keislaman langsung dari ayahnya, Sunan Ampel, yang memimpin pondok pesantren Ampeldenta, Surabaya. Setelah beranjak remaja, Raden Qasim merantau ke Cirebon untuk berguru kepada Sunan Gunung Jati. Raden Qasim menikahi putri Sunan Gunung Jati yang bernama Dewi Sufiyah. Hingga kemudian, Raden Qasim kembali ke Ampeldenta bersama istrinya. Sesampainya di Ampeldenta, Sunan Ampel meminta Raden Qasim untuk berdakwah di daerah Gresik.
Raden Qasim menuruti perintah ayahnya, meneruskan perjalanan menuju Gresik dan sampai di Lamongan. Ia menetap di Desa Banjarwati dan disambut baik oleh sesepuh kampung yang bernama Kiai Mayang Madu dan Mbah Banjar. Di Desa Banjarwati, Raden Qasim dinikahkan dengan putri Kiai Mayang Madu yang bernama Nyai Kemuning.
Di wilayah yang bernama Jelag, daerah yang memiliki medan lebih tinggi dari tempat lainnya di Desa Banjarwati, Raden Qasim mendirikan surau dan mengajar penduduk setempat. Kendati tergolong bangsawan, ia amat dekat dengan rakyat. Jiwa sosialnya tinggi serta mengutamakan kesejahteraan penduduk
Ajaran Islam yang didakwahkan Raden Qasim menekankan pada etos kerja keras dan empati berupa kedermawanan, sikap tenggang rasa, saling peduli, pengentasan kemiskinan, gotong royong, dan solidaritas sosial.
2. Makam Syekh Maulana Ishaq

Tidak sulit menemukan makam Syekh Maulana Ishaq. Secara umum, lokasi makam-makam wali di pesisir utara Jawa Timur, mulai dari Sunan Bonang (Tuban) sampai Sunan Giri (Gresik), dihubungkan Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) atau yang dikenal Jalan Daendels. Hal ini mempertegas bahwa budaya pesisir merupakan tonggak penting penyebaran Islam serta sendi infrastruktur perekonomian di Jawa.
Lokasi makam Syekh Maulana Ishaq terjangkau dari Jalan Daendels yang menjadi jalur penghubung makam Sunan Drajat dan Sunan Giri. Dari Jalan Dandels, peziarah cukup masuk jalan kampung yang berjarak beberapa ratus meter untuk sampai ke pesarean Syekh Maulana Ishaq. Makam Syekh Maulana Ishaq ini terletak di Desa Kemantren, Paciran, Lamongan. Tempatnya terletak di pinggir pantai, tepatnya sebelah barat Tanjung Pakis, tempat semula Syekh Maulana Ishaq berdiam diri.
Makam Syekh Maulana Ishaq ditempatkan di sebuah cungkup bersama dua makam santrinya. Kini setelah dibangun dan diperluas, bangunan pesarean muat menampung ratusan peziarah sehingga memberi rasa nyaman dan leluasa bagi rombongan peziarah. Pesarean tersebut terletak tepat di belakang masjid Al Abror.

Konon, berdasarkan silsilah keluarga. Syekh Maulana Ishaq ini merupakan paman dari Raden Rahmat Sunan Ampel Surabaya. Hal ini karena Syekh Maulana Ibrahim Asmaraqandi yang merupakan ayah Sunan Ampel adalah saudara dari Syekh Maulana Ishaq.
Menurut cerita, sebelum Syekh Maulana Ishaq menetap dan berdakwah di Lamongan. Beliau merupakan menantu dari Raja Blambangan (sekarang Banyuwangi) yaitu Prabu Menak Sembuyu.
Saat wabah penyakit melanda Blambangan, putri Prabu Menak Sembuyu, Nyai Ratna Sekardadu, turut terserang wabah tersebut. Lalu melalui patihnya, Bajul Sengara, raja mengumumkan sebuah sayembara, yakni barangsiapa yang bisa menyembuhkan putrinya, akan dijadikan suami putrinya serta akan diberi sebagian wilayah kerajaan Blambangan.
Bajul Sengara lantas mendapat kabar bahwa di sekitar Gunung Selangu ada seorang resi sakti. Orang yang dimaksud itu adalah Syekh Maulana Ishaq. Bajul Sengara pun akhirnya menemui Syekh Maulana Ishaq dan menyampaikan maksud kedatangannya.
Singkat cerita, Syekh Maulana Ishaq berhasil mengobati putri raja. Sang Raja pun memenuhi janjinya untuk menikahkan keduanya dan memberi kedudukan Syekh Maulana Ishaq sebagai penguasa di Blambangan bagian utara. Raja beserta keluarganya pun bersedia mengikuti agama yang dianut Syekh Maulana Ishaq, seperti yang dipersyaratkan saat pertama ditemui Bajul Sengara.
3. Makam Sunan Sendang Duwur

Makam Sunan Sendang Duwur ini berada di Desa Sendang Duwur, Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Jika dari Wisata Bahari Lamongan (WBL), jaraknya sekitar empat kilometer.
Mengutip laman web lamongankab.go.id, Sunan Sendang Duwur memiliki nama asli Raden Nur Rahmad. Ia hidup semasa dengan Sunan Drajat. Sunan Sendang Duwur wafat pada 1535 masehi, sedangkan Sunan Drajat wafat pada 1522 masehi.
Nama asli dari Sunan ini adalah adalah Raden Noer Rahman. Ia adalah putra Abdul Kohar bin Malik bin Sultan Abu Yazid yang berasal dari Baghdad. Gelar Sunan Sendang Duwur didapat dari pemberian Sunan Drajat.
Makam Sunan Sendang Duwur ini mempunyai bentuk yang lebih minimalis serta artistik dibandingkan dengan makam Sunan Drajat. Ketika hendak memasuki area pemakaman, terdapat gapura yang membentuk tugu bentar. Kemudian memasuki lebih dalam terdapat gapura paduraksa yang berhiaskan ukiran kayu jati dan terdapat dua buah batu hitam menyerupai kepala kala yang kental akan nuansa Hindu.

Letak Makam Sunan Sendang Duwur berada di area belakang, sehingga mengharuskan pengunjung untuk melewati gerbang kayu lagi.
Sunan Sendang Duwur dikenal juga karena memindahkan masjid dalam semalam dari Mantingan ke Bukit Amitunon, Sendang Duwur dan dikenal sebagai Masjid Sendang Duwur.
Bangunan makam Sunan Sendang Duwur terletak di atas bukit Amitunon di Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran Lamongan. Makam ini merupakan banguna berarsitektur tinggi menggambarkan perpaduan antara kebudayaan Islam dan Hindu. Di bangunan ini terdapat gapura di bagian luar berbentuk mirip tugu Bentar di Bali dan gapura bagian dalam berbentuk paduraksa. Sedangkan di dinding penyangga cungkup makam dihiasi ukiran kayu jati yang bernilai seni tinggi dan sangat indah.
Di sebelah makam, ada masjid besar yang berdiri kokoh dan dibangun pada 1531 masehi. Sunan Sendang Duwur pun berperan dalam pembangunannya.
4. Museum Islam Indonesia Lamongan
Nah, rekomendasi wisata religi lain yang bisa kamu kunjungi di Lamongan adalah Museum Islam Indonesia Lamongan. Museum ini terletak satu lokasi dengan Wisata Bahari Lamongan (WBL) dan Maharani Zoo & Goa Lamongan.


Museum Islam Indonesia Lamongan merupakan salah satu pelopor museum Islam pertama di Indonesia dengan konsep lebih estetik dan modern dari museum-museum pada umumnya. Museum ini memfasilitasi pengunjung untuk berfoto dan video menggunakan aplikasi Augmented Reality (AR) yang bisa diunduh di playstore dengan nama Indonesian Islamic Art Museum AR. Aplikasi ini berfungsi seperti layaknya kamera yang apabila diarahkan ke obyek gambar dalam museum akan muncul karakter 3 Dimensi.


Museum Islam Indonesia Lamongan pun menyajikan benda-benda koleksi dari berbagai kerajaan Islam masyhur di dunia maupun Nusantara seperti Kesultanan Ottoman Turki, Kesultanan Mughal India, Dinasi Cina, Kerajaan Islam Demak, Mataram Islam, Samudera Pasai, Kesultanan Aceh, peninggalan Wali Songo, dan lain-lain.
Lokasi :
Museum Islam Indonesia Lamongan yang berlokasi di Jl. Raya Daendless Paciran, Lamongan. Museum ini terdapat di satu area dengan Wisata Bahari Lamongan (WBL) dan Maharani Zoo Lamongan (Mazoola).
Tarif Masuk :
Rp. 15.000 (Weekday – Senin- Kamis)
Rp. 20.000 (Weekend – Jumat – Minggu)
Jam Buka Museum:
Pukul 08.00 – 17.00 WIB
Information & Reservation Center
W.a C.s.0857.4840.5800
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Rekomendasi Wisata Religi di Lamongan yang Wajib Dikunjungi Menyongsong Bulan Ramadhan”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/dkgfoundation1900/63f2f5ed9a5466138c649ec2/rekomendasi-wisata-religi-di-lamongan-yang-wajib-dikunjungi-menyongsong-bulan-ramadhan?page=all
Kreator: DKG Foundation